poltekkesbengkulu.com – Anak-anak itu punya energi luar biasa, lari ke sana sini, loncat sana loncat sini, dan seolah nggak ada capeknya. Tapi di balik keceriaan itu, ada risiko yang nggak bisa kita abaikan—khususnya buat bagian kepala dan tengkorak mereka yang masih dalam masa pertumbuhan. Tengkorak anak masih cukup lunak dan fleksibel, jadi rentan banget cedera kalau nggak hati-hati.
Gue pernah panik waktu keponakan gue jatuh dari sepeda dan kepalanya terbentur tanah. Untung pakai helm, jadi cuma benjol kecil. Tapi dari situ gue sadar, penting banget buat orang tua dan pengasuh ngerti gimana cara melindungi kepala anak, apalagi pas mereka lagi aktif-aktifnya main. Nah, berikut ini gue rangkum 10 cara paling efektif buat jaga tengkorak anak tetap aman saat bermain.
1. Pilih Helm yang Sesuai Aktivitas
Helm bukan cuma buat anak naik motor. Kalau anak lo suka naik sepeda, sepatu roda, atau main skateboard, wajib banget pakai helm yang sesuai standar keamanan. Pilih ukuran yang pas dan nyaman, jangan terlalu longgar atau kekecilan.
Helm juga harus dipasang dengan benar—pastikan tali pengaitnya dikencangkan dengan pas, tapi nggak sampai bikin anak susah napas atau nggak nyaman.
2. Buat Area Bermain yang Aman di Rumah
Kalau anak sering main di rumah, coba deh atur ruang bermain biar lebih ramah anak. Misalnya, pakai karpet busa di lantai, hindari sudut-sudut meja tajam, dan jauhkan perabot berat dari jangkauan mereka.
Area yang empuk bisa bantu ngurangin dampak benturan kalau anak terjatuh. Dan percayalah, mereka pasti jatuh—itu bagian dari proses belajar.
3. Ajarkan Anak untuk Waspada Tanpa Membuat Mereka Takut
Kadang kita terlalu sering bilang “jangan lari!” atau “awas jatuh!” sampai anak jadi takut buat eksplorasi. Yang lebih tepat adalah ngajarin mereka mengenal risiko secara santai. Misalnya, “Kalau lari di lantai licin bisa jatuh, nanti kepalamu sakit, loh.”
Dengan gitu, anak tetap bisa bebas bermain, tapi punya bekal untuk lebih hati-hati dengan cara mereka sendiri.
4. Gunakan Pelindung Tambahan Saat Main di Luar
Selain helm, lo bisa tambahkan pelindung siku dan lutut saat anak main sepeda atau bermain di area yang keras seperti aspal. Nggak ada salahnya juga pakai pelindung kepala berbahan busa ringan kalau anak masih batita dan lagi belajar jalan.
Semakin kecil usia anak, semakin besar kemungkinan mereka jatuh tanpa refleks menahan diri. Jadi pelindung itu bukan lebay, tapi langkah cerdas.
5. Awasi Permainan yang Melibatkan Ketinggian
Main jungkat-jungkit, perosotan, atau panjat-panjatan seru banget buat anak-anak. Tapi risikonya juga besar kalau nggak diawasi. Pastikan anak main di taman bermain yang permukaannya aman dan empuk, seperti pasir atau karet sintetis.
Kalau main di rumah, jangan biarin anak berdiri di atas kursi atau meja tanpa pengawasan. Sekali jatuh, bisa langsung kena bagian kepala.
6. Ajari Anak Cara Jatuh yang Aman
Ini mungkin terdengar aneh, tapi ternyata penting banget. Anak bisa diajari untuk membungkukkan badan dan melindungi kepala saat jatuh. Atau saat mulai kehilangan keseimbangan, arahkan supaya mereka jatuh ke sisi tubuh, bukan langsung ke belakang.
Emang butuh latihan dan nggak instan, tapi dengan pembiasaan lewat permainan atau simulasi ringan, mereka bisa lebih siap secara refleks.
7. Jangan Biarkan Anak Bermain Sambil Membawa Benda Tajam atau Keras
Kadang anak suka banget main sambil bawa mainan kayu, botol plastik, atau benda berat lain. Nah, kalau mereka jatuh sambil bawa benda itu, kepala bisa kena dampak ganda: dari benturan ke lantai dan dari benda yang dibawa.
Pilih mainan yang empuk, ringan, dan aman buat aktivitas fisik. Kalau anak udah mulai lari-larian, suruh mereka naruh mainan berat dulu sebelum lanjut main.
8. Cek Kondisi Mainan dan Permainan Secara Berkala
Kadang kita mikir “mainannya aman kok”, padahal bisa jadi ada baut yang longgar, plastik retak, atau sudut tajam yang bisa mencederai anak. Jangan lupa juga cek mainan besar seperti sepeda atau skuter—pastikan rodanya masih oke dan remnya berfungsi.
Pengecekan rutin ini bisa mencegah kejadian kecil yang bisa berdampak besar ke kepala anak.
9. Berikan Contoh Langsung
Anak itu peniru ulung. Kalau lo pakai helm waktu naik motor, atau lo bilang “awas kepala” pas lewat tempat rendah, mereka akan meniru kebiasaan itu. Jadi sebelum nyuruh anak jaga kepalanya, lo juga harus kasih contoh dulu.
Dan jangan remehkan kekuatan kata-kata. Coba bilang, “Kepala itu penting banget, tempatnya otak yang pintar. Makanya harus dilindungi,” sambil kasih senyum. Mereka bakal lebih gampang paham kalau disampaikan dengan cara seru.
10. Waspadai Tanda-Tanda Cedera Kepala Sekecil Apa Pun
Kalau anak habis jatuh dan kepala kebentur, pantau terus kondisinya selama 24 jam. Tanda bahaya antara lain: muntah, pusing, ngantuk berlebihan, susah bicara, atau gerakan tubuh jadi aneh.
Kalau ada satu aja dari tanda di atas, langsung bawa ke dokter. Jangan nunggu benjol gede atau pingsan baru bertindak. Lebih baik periksa dan ternyata aman, daripada menyesal belakangan.
Penutup
Melindungi tengkorak anak bukan berarti harus ngebatasin semua aktivitas mereka. Justru dengan perlindungan yang tepat, anak bisa eksplorasi lebih bebas tanpa bikin orang tua was-was terus. Di poltekkesbengkulu.com, gue percaya bahwa anak-anak tetap bisa tumbuh aktif dan ceria, selama kita sebagai orang dewasa kasih ruang bermain yang aman dan penuh perhatian. Yuk, jadi lebih aware soal keselamatan kepala si kecil—karena di dalamnya ada masa depan yang luar biasa!